Oleh : Kiswoyo
Malam
tak seperti biasanya udara terasa sangat dingin. Udaranya yang begitu sejuk
menusuk tulang rusukku serta di ruang dinginya hati ini entah mengapa malam ini
terasa sangat mengenakkan badan ini untuk tidur melepaskan semua letih hari
ini. Di sela sela sebelum aku mulai beranjak ke ranjang kesayangan aku, tiba
tiba saja aku teringat akan seseorang. Entah siapakah ia aku tidak tahu dan aku
ingin agar untuk tidak memikirkannya lagi. Namun akal ini masih terus berpikir,
kepala memoriku ini masih saja bekerja dan terus mengingatnya sosok yang dulu
pernah hadir dalam halaman teras hidupku. Aku tak ingin memikirkannya lagi di
hardisk kenanganku ini. Aku ingin memformat semua kehidupan dan semua memori tentangnya.
Akhirnya mata ini yang mulai sayu dan mulai layu laksana jambu yang hidup di
tengah padang pasir yang panas kering kerontang tak berdaya.
Aku pun sekarang pejamkan mata di atas ranjang
kesayanganku, perlahan-lahan mata mulai sayup, dan pikiran mulai kosong, hati
mulai tenang laksanana hilang semua beban, tangan tangan dan badan kini mulai
diam tak gerak sedikitpun laksana mayat yang hidup tak bergerak dan mulai terlelap dalam mimpi, sedikit demi sedikit mulailah sebuah
dramatisasi kehidupan tentang alam khayalan tercipta hingga saatnya pun ia
bermimpi dalam tidurnya malam yang dingin ini. Suatu dramatisasi kehidupan
fiktif yang ada dalam kehidupan nyata.
Awalnya
aku bertemu dengan seseorang, yang aku anggap tidaklah asing lagi. Dia sangat
terkenal dan dia di hormati oleh semua orang, kebijaksanaannya yang membuat
masyarakat menghormatinya. Sosoknya yang selalu putih walau terkadang ia hitam kelam namun
selalu terlihat putih dan seolah-olah ia menandakan kesucian, membuat aku tak
berdaya dan tak berkutik ketika ia datang menghampiriku dengan membawa sebuah
hadiah yang istimewa kepadaku. Dia membawanya dengan penuh cinta dan kasih
sayang serta tulus ikhlas dalam hatinya untuk ia berikan padaku. Sebuah hadiah
berupa anugerah atau siksaan aku pun masih bertanya-tanya. Saat dia sudah datang di dekatku ia berkata “
bagaimana keadaanmu saat ini?” Apakah engkau baik baik saja. Suaranya yang
sangat asing bagiku membuat badanku bergetar dan tak berdaya. Aku pun berusaha
menjawab dengan nada yang penuh gemetaran dan penuh keringat. “ saya baik baik
saja terima kasih”. Singkat sekali jawabanku saat itu. Karena aku tak kuasa
untuk melihat sosoknya. Hingga aku bisa menjawabnya dengan sedikit gerogi.
Namun
dengan sabar ia melihat dan menatapku penuh teliti dan seksama sosok tubuhku
yang mungil sambil memegang bagian bagian yang sensitiv terhadap rasa indra
perabaku. Karena aku tak kuasa untuk menahan geli yang begitu sangat, namun aku
coba untuk menahannya, dia keluarkan sesuatu dari tasnya dan ia mulai meremas-remas
dan mulai memasang suatu alat canggih, bentuknya yang bulat panjang dan elastis
itu membuat aku takut benda apakah itu. Dengan pelan-pelan ia berkata “ tunggu
sebentar ya saya mau lihat dulu”.Entah apa yang mau ia lihat aku tak tahu, dia
langsung saja memegang tubuhku dan langsung meraba ke bagian kulit sensitifku.
Aku pun tak kuasa untuk menahan rasa geliku itu, untungnya hanya bertahan
beberapa menit saja mungkin rasanya jika itu sangat lama aku akan mati secara
perlahan lahan.
Dalam
hatiku berkata “ aduuh ni orang kok antusias banget ya dengan ku aku jadi
gerogi depan dia. Aku jadi takut jika melihat wajahnya. Mungkin aku trauma,
karena setahun yang lalu aku pernah merasakan hal yang demikian. Namun apakah
ini akan terulang lagi untuk yang kedua kalinya. Aaaaahhh aku tak mau, aku tak
sanggup aku ku hilang lagi. Aku tak mau ada yang hilang sedikitpun apalagi
sampe lecet pun aku tak mau. Aku ingin sudah sampai di sini saja, ini sudah
cukup penderitaan yang rasakan.
Namun
belum selesai hati ini berkata demikian tiba tiba ia datang lagi dan sudah siap
mendekatiku lagi. Seseorang yang di sampingku yang setia menjagaku memberikan
motivasi kepadaku. “ tetap tenang ya nggak sakit kok, awalnya memang sakit tapi
lama lama itu biasa dan akan terasa tidak sakit, jadi sekarang nikmati aja
anggap aja nggak sakit walau itu sebenarnya sakit maka kamu nggak akan sakit”.
Kata-kata motivasi itulah yang aku dengar ketika sosoknya sudah mulai mengeluarkan
alat pelindung dan alat-alat untuk kerjanya yang aman. Aku lihat sekilas ada
alat yang begitu menyeramkan dan membuatku takut seketika. Ingin rasanya aku
lari, namun genggaman tangan sesorang di sampingku begitu erat hingga aku tak
kuasa untuk berlari dan hanya pasrah yang bisa aku lakukan.
Akhirnya aku ku pun mulai
di kerjain oleh seorang dokter anak khitan. Yah akhirnya aku mau di sirkumsisi
itulah bahasa biologisnya di sunat. Tapi bukan sunnatnya umat muslim lho,yang
kalau di laksanakan dapat pahala di tinggalkan tidak apa-apa atau tidak dapet pahala. Akhirnya pas aku
lihat tuh jarum suntiknya iiiss dah takutnya minta ampun , jarumnya gede
banget. Hii gimana tuh kalau sampe masuk ke pantat gue. Bisa habis pantatku
kena jarum suntik pak baju putih.
Aduuuhhh,,,aku kesakitan.
Aku tiba tiba menjerit. Sakit….sakit….sakit aduh ampuun. Aduh tobat nggak lagi
lagi aku di sirkumsisi. Ups bahasa apa ya? Maksud aku di sunat lagi. Aku nggak
mau ngalamin dua kali cukup sekali aku sudah tobat. Ampun-ampun sudah jangan di
masukin terus pak dokter jarumnya di pantatku . Nanti bolong banyak. Iya nggak
sakit kok biarkan mengalir apa adanya. Wuih enak banget ya jawabannya pak baju
putih. Sakit kayak gini di bilang biarkan mengalir apa adanya. Emangnya air di
selokan biarkan mengalir apa adanya. Gerutu aku dalam hati, sebenarnya kesel
pengin mukul si baju putih, eh tapi nggak sopan. Nanti gue bisa masuk penjara
karena kasus pelecehan kehormatan. Hehehe temenya pelecehan seksual.
Sudah selesai menyuntik pantatku sampe empat kali, aduuuhh
udah kayak di sengat tawon aja, sakitnya sampai nggak bisa duduk nih. Aduh
sialan sumpah deh tobat aku kayak gini lagi.
Belum hilang sakit di
pantatku, eh tiba tiba pak baju putih ngeluarkan lagi tuh jarum suntiknya.
Waduhhh ya Allah semoga ia nggak nyuntik aku lagi, gumamku dalam hati. Ehh
belum sempat aku menutup doaku ternyata dia sudah siap mau nyuntik aku lagi.
Kali ini benar benar konyol dan nggak masuk akal. Entah ni dokter dari mana
aslinya lulusan mana aku nggak tahu. Aneh masa udah nyuntik pantat berkali kali malah sekarang mau
nyuntik bagian yang paling menyakitkan bagiku. Apa coba? Itu tuh si anuku yang
kepalanya nggak ada rambutnya. Yang maunya bangun kalau di elus elus dikit,
beda banget ama meong alias kucing kalau di elus elus dia malah tidur nah kalau
yang ini malah langsung tegak kuat dan berstamina dia. Ah sialan, masa di
suntik anuku. Jadi apa nantinya. Jadi pempek lenjer kali ya. Hehehe kayak
makanan khas anak wong kito galo aja ya Palembang. Waduh nanti nggak berstamina
lagi gara-gara di suntik. Aduuuhh sakit…wawwww nggak tahan. Wuih jarumnya gede
amat dok, amat aja nggak gede, kok jarumnya segede tusuk sate sih? Aduh jangan
dok, takut aku. Nggak papa biar nanti kalau mau di sunat nggak sakit pas
motongnya. Sejenak aku terkejut, apa??? Mau di potong dok punyanya saya? Jangan
dok itu aset masa depan kalau di potong nanti gimana? Aduh dok jangan gila dong
dokter nih? Masa mau di hilangin. Tiba tiba saja seseorang di sampingku yang
selalu menjagaku langsung bilang. Tenang aja yang di potong Cuma bagian depanya
aja kok nggak semuanya. Serentak aku langsung “ apa?????? Bagian depanya aja,
wah itu mah sama aja nanti kepalanya gimana ? ilang dong. Nanti tebak-tebakan “bedanya
lelaki sama perempuan” berubah dong. Kalau laki laki suka mikir karena punya
dua kepala, kalau perempuan suka ngomong karena mulutnya dua”. Hoho maaf ya gan
bukanya fulgar tapi cuman bercandaan aja. Hehehe cumin. Ok jangan di ambil sisi
negatifnya. Kita sebagai manusia ya jangan terlalu serius ya? Takutnya nanti
jadi botak kepalanya. Maaf ya bagi yang merasa botak kepalanya, bukannya
memojokan. Setelah sekian jam aku di sirkumsisi oleh dokter yang serem, aku
langsung di perban dan di bungkus seperti lontong bagian yang sudah di
sirkumsisi alias di sunat atau di buang bagian depan kulitnya. Tinggal menunggu
sembuhnya,layaknya menunggu luka yang basah menuju luka yang kering dan
akhirnya sembuh deh dan nggak bakalan ngalamin dua kali lagi yang namanya
sirkumsisi.
PENCERAHAN AKHIR CERPEN
Menurut para pakar ahli
kesehatan bahwa kita sebagai manusia harus di sirkumsisi atau di sunat, karena
jika hal tersebut tidak dilakukan akan berakibat fatal kalau akan menimbulkan
penyakit kelamin, seperti gonorea, dan raja singa. Oleh karena itu sekarang
hampir di seluruh dunia tidak ada yang di sirkumsisi, semuanya sudah di
sirkumsisi bagi yang cowok. Jadilah manusia yang selalu menjaga kesehatan terutama
kesehatan alat-alat dan organ organ bagian luar dan dalam, agr senantiasa kita
menjadi orang yang sehat dan jauh dari penyakit. Melalui cerpen SEPARUH AKU KU
HILANG ini di harapkan memberikan sebuah penerangan dan hiburan bagi para
pembacanya, dan semoga apa yang sudah di tulis di sini para pembaca bisa tahu
dan semakin meningkatkan kesehatan akan organ-organ penting seperti organ alat
kelamin dan lain lain.
0 komentar:
Posting Komentar